Berangkat dari ide anak muda di Ta'mir Masjid Nailul Huda yang sekaligus ketua pemuda kampung untuk menjadikan masjid di kampungnya sebagai salah satu pusat kegiatan masyarakat secara islami dalam berbagai bidang, maka sejak tahun 1987 berdirilah sekolah Taman Kanak-kanak Melati Suci dengan tempat pembelajaran pertamanya di serambi masjid.
Dukungan mbak Atun-salah satu pemudi yang ketika itu sudah menjadi guru taman kanak-kanak di sekolah lain, menjadikan semangat dan keyakinan akan berjalannya sekolah yang akan didirikan. Pokoknya langsung berdiri tanpa basa-basi, tanpa didahului serangkaian kunjungan kepada para tetua atau tokoh masyarakat setempat. Ya namanya anak muda, hanya berbekal niat baik maka dianggapnya pasti didukung oleh masyarakat. Namun apa yang terjadi kemudian ?
Tahun 1987 Kampung Rajek Lor sempat dijuluki kampungnya pemabuk dan penjudi. Suatu hal yang musti diubah suatu saat kelak, begitu niat beberapa pemuda kampung tersebut. Pendidikan sejak dini harus segera dilakukan.
Anak-anak di Dusun Rajek Lor usia bawah 5 tahun cukup banyak jumlahnya ketika itu. . Kemana-mana tanpa alas kaki, kadang bahkan tanpa pakaian selembarpun serta hingga siang hari belum mandi merupakan pemandangan yang biasa. Tangan maupun baju dijadikannya pengusap ingus (umbel, Jw.) yang efektif. Pating kecumut istilah populernya. Makan 2 (dua) kali sehari merupakan hal yang biasa. Sekolah Taman Kanak-kanak terdekat sebenarnya dapat ditempuh 10 menit perjalanan jalan kaki saja sebenarnya tetapi karena harus membayar biaya sekolah yang dianggap mahal oleh para orang tua anak-anak tersebut membuat banyak keluarga tak mampu menyekolahkan anak-anak balitanya. Jadi, niat awal pendiri waktu itu adalah membuat sekolah yang ramah keluarga miskin tetapi berkualitas atau tidak kalah dengan sekolah sekitar.
Benar saja, ketika sekolah dibuka maka berbondong-bondonglah para orang tua dengan anak balitanya yang rata-rata tanpa baju mendaftar di sekolah tersebut. Menyangkut biaya, gratiiiis tis hanya ada kontrak sosial awal antara wali siswa dengan pihak sekolah waktu itu bahwa para wali harus siap memandikan dan mengantar anak-anaknya ke sekolah demi ikut memahami materi pelajaran dan membantu ngurusi anak-anaknya sendiri ketika ada yang menangis, mengompol dan lain-lain. Semua ikut berkorban, termasuk mbak Atun, mbak Siyem dan mbak Kasmirah selaku guru pertama di Taman Kanak-kanak Melati Suci waktu itu. Pengurus sekolah langsung dibawah kendali seksi pendidikan Ta'mir Masjid Nailul Huda. Dukungan dana dari luar boleh dikata nggak ada, dukungan finansial dari para tokoh kampung juga sangat kurang karena merasa dilampaui (tidak dilibatkan sejak awal, red.). Alhamdulillah selalu saja ada hamba Allah yang memberikan dukungan tanpa diminta dan tidak mau dipublikasikan namanya sehingga berbagai kebutuhan pembelajaran ideal dapat dilakukan.
Perkembangan kebutuhan sarana prasarana yang harus lebih baik sempat menjadikan sekolah hendak disubkan ke salah satu sekolah Taman Kanak-kanak yang sudah mapan pendanaannya. Karena harus di"Islam Formal"kan dengan sekaligus ganti nama sekolah maka hal itu tidak berlanjut. Pendiri bersikukuh bahwa watak pendidikan di sekolah harus tetap Islami tanpa menjadikannya bagian dari aliran ataupun ormas Islam tertentu. Hingga kini corak pendidikan yang dikembangkan tetap menuju model islami yang inklusif atau mengutamakan rahmatan lil 'alamin dalam perspektif yang universal.
Karena kebutuhan ruang pembelajaran yang representatif maka tempat pembelajaran pernah dipindahkan ke rumah mantan Kepala Dusun Rajek Lor-Bapak Tukijo yang relatif besar dan hanya dihuni keluarga kecil saja, yaitu tepat di depan masjid, sesekali pembelajaran dilakukan di rumah mbah Karto Setomo, dan akhirnya dengan pertimbangan untuk percepatan kemajuan sekolah serta adanya ruang kosong di sekolah SD setempat, maka tempat pembelajaran kemudian dipindahkan menjadi satu dengan Sekolah Dasar Gombang atau menjadi TK-SD satu atap.
Dari serba merdeka mengelola sekolahnya sendiri menjadi serba terkoordinasi dengan menejemen sekolah SD Gombang bukanlah suatu hal yang mulus-mulus saja. Ada duka ada suka yang timbul sebagai bentuk pembelajaran para pengurus dalam masuk era masyarakat madani skala kecil dibalik penggabungan itu, yaitu belajar untuk berkoordinasi dengan pengelola SD Gombang sekaligus mencoba memahami makna sebuah kerjasama saling menguntungkan dengan prinsip kesetaraan dan keadilan. Biarlah superioritas dan perasaan diri sebagai orang yang lebih berkuasa dimasukkan keranjang sampah dan ditimbun dalam-dalam agar suka cita, keikhlasan dan kejujuran dapat bersemi dengan subur di sekolah yang bernama Taman Kanak-kanak Melati Suci tersebut.
Rajek Lor, 4 Agustus 2011
Siip, semua itu yang namanya perjuangan. Bravo Melati Suci!!!
ReplyDeletenuwun mas
ReplyDelete